- Menangkap ceruk antara posisi barang mewah dan pasar massal;
- Melayani beragam jenis konsumen dengan produk yang sama;
- Menemukan produk-produk idaman yang juga memberi kegunaan khusus;
- Memperkenalkan pilihan-pilihan untuk sebuah kepemilikan yang tadinya tidak terjangkau menjadi terjangkau;
- Memperkenalkan produk-produk baru yang berkinerja laiknya investasi;
- Mengubah lokasi penjualan, format, dan beragam penawaran untuk optimalisasi konsumsi massa affluent;
- Menyusun promosi yang berbiaya efektif untuk menarik dan mempertahankan pelanggan dengan tingkat pembelanjaan yang tinggi
LANTAS, BAGAIMANA APLIKASINYA?
Berdasarkan pengamatan pemerintah, tingkat konsumsi di Indonesia meningkat sekitar15%. Ini menunjukkan bahwa ada kalangan tertentu yang meningkatkan pembelanjaan mereka. Salah satu contoh adalah belanja menggunakan kartu kredit. Dengan demikian bank-bank yang mengeluarkan kartu kredit harus mencari akal bagaimana menarik konsumen baru. Dan kita sudah lihat bagaimana upaya bank supaya kita terus menggesek hingga semakin tinggi nilai poin berhadiah atau melakukan pembelian cicilan tanpa bunga (walau kartu kreditnya berbunga). Jadi kiat nomor empat, 6 dan7 menjadi fokus utama dari upaya peningkatan belanja pelanggan.
Baru-baru ini, BII meluncurkan program membetot keanggotaan baru dengan iming-iming hadiah iPod. Uniknya, iPod itu akan diberikan bila pembelanjaan dalam kurun waktu satu bulan mencapai minimal Rp 3 juta. Kalau kita pikir kembali, para pengguna kartu kredit itu memiliki uang untuk membeli iPod sendiri tanpa harus belanja dengan jumlah ketentuan minimal yang diminta. Namun justru dengan menciptakan drive atau motivasi mendapatkan sesuatu yang gratis, menjadi lebih menarik bagi kaum affluent. Contoh ini merupakan paparan dari kiat ketiga dan ke-6.
Contoh lainnya, saya baru saja menyantap makan siang dengan beberapa rekan kerja di Hotel Mulia, Jakarta. Sudah diketahui umum bahwa makan di hotel memang lebih mahal ketimbang restoran biasa -- tapi, selera makan terpuaskan. Uniknya, saat membayar tagihan makan, saya mendapat vocer senilai 10% dari bill (sebelum pajak). Dengan demikian, Hotel Mulia, tentu saja berusaha mempertahankan saya sebagai pelanggan dengan cara promosi yang tidak terlalu mahal, dan juga tidak aneh-aneh. Ini kiat nomor dua dan 7.
Akhir kata, walau mungkin terjadi penurunan tingkat konsumsi di tahun-tahun mendatang, meningkatnya kaum affluent yang telah terjadi, pasti akan tetap berlangsung. Ketersediaan dana yang mereka miliki memberi kesempatan para pemasar untuk berinovasi. Tujuan utamanya tentu menghasilkan margin setinggi-tingginya dengan memberi penawaran yang cukup mahal agar mendapat margin superior, dan menjual penawaran kepada mereka yang dapat menjustifikasi bahwa mereka mampu membeli penawaran itu. Di situlah letaknya keuntungan bisnis dengan fenomena mass-affluent.
Pustaka:
Inge Lingo dalam refrinal. 2006. Menarngkul Mass Affluent dalam Marketing for Decission Maker. Kumpulan Artikel dan Kliping. Field Survey Indonesia. Jakarta
Selama kita masih mampu bertahan dari keburukan yang menimpa, kita telah menunjukkan bahwa kita bukan orang yang kalah
Edward Linggar