Surat Pertama

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Besar harapan saya ketika membaca email ini, Bapak senantiasa berada dalam keadaan sehat, dalam lindungan dan kasih sayang ALLAH. Semoga kebahagiaan, kesentausaan senantiasa melingkupi kehidupan Bapak, seorang guru yang selama ini menjadi panutan dalam hidup saya. Bagi saya, Bapak bukan hanya seorang dosen, namun lebih dari itu Bapak adalah seorang sahabat dan panutan bagi saya dan temen-teman di kelas.Lama saya bermenung dan berfikir, bermenung dan terdiam. Dengan segala kekuatan yang ada pada diri saya, akhirnya saya beranikan menulis email ini.Paling tidak ada tempat buat saya menuangkan perasaan dan persoalan hidup yang mendera.
Bapak Refrinal yang mulia,
Mungkin saya harus mengubur impian saya, untuk menjadi seorang sarjana. Mungkin saya harus mengubur harapan-harapan orang-orang yang selama ini ada di hati, mengubah hidup dan menjadi seorang Sarjana. Akhirnya saya menyerah pada nasib bahwa saya harus meninggalkan impian-impian itu, dengan segala kesedihan dan kesedihan, karena keadaan yang begitu pahit. Saya minta maaf pada Bapak, karena tak bisa bertahan dan menjadi orang yang kuat, seperti yang Bapak harapkan. Sungguh, Bapak selama ini adalah panutan dan tempat saya berkiblat dari segala sisi sebagai manusia. Bapak mengajarkan banyak pada saya, mungkin juga temen-teman yang lain. Tidak banyak pengajar di kampus seperti Bapak, yang tidak hanya mengajarkan tentang materi kuliah, melainkan juga tentang hidup. Dan tidak banyak pengajar seperti Bapak, yang memperlakukan kami layaknya sahabat, sehingga tak ada batasan untuk kami untuk berdiskusi tentang apa saja, tentang ilmu, tentang kehidupan.
Akhirnya saya mengerti bahwa hidup itu tidaklah mudah, terlalu banyak kepahitan yang saya alami kini. Saya sudah mencoba dan berusaha, lakukan apa saja untuk tetap bisa kuliah, melalui beberapa semester lagi agar bisa menjadi orang yang punya masa depan, mengubah kehidupan keluarga yang kini hampir tanpa kebanggaan. Saya hanyalah seorang pemimpi yang berharap terlalu banyak. Ketika pertama kali kuliah dulu, saya sudah ragu, apakah bisa melaluinya atau tidak. Rasanya jalan yang akan saya tempuh nanti akan sangat berliku dan penuh aral. Ibu saya hanyalah seorang penjual kue keliling yang penghasilannya tidak seberapa, bahkan untuk mengisi perut saja tidak cukup. Saya memiliki dua orang adik perempuan yang kini duduk di sekolah menengah. Mereka cantik-cantik dan sangat berprestasi di sekolah, cita-cita mereka pun setinggi bintang di langit. Tidak tega rasanya saya membiarkan Ibu berjuang sendirian membiayai hidup dan sekolah kami. Tidak sanggup rasanya saya membiarkan Ibu bangun ditengah malam membuat kue untuk dijual besok pagi, mencuci pakaian dan pulang larut malam. Saya sangat tahu hampir setiap hari Ibu berpuasa, demi kami.
Andaikan bisa, ingin rasanya saya ingin mencari ayah, yang kini entah dimana, hanya untuk memberitahu beliau bahwa betapa sulitnya keadaan kami kini. Pak Refrinal,Ketika Bapak menerima email ini, saya sudah tidak lagi kuliah karena keadaan yang memang semakin sulit. Ibu sakit, dan saya harus mengambil alih tanggung jawab sebagai kepala keluarga. Sedih rasanya melihat Ibu terbaring lemah dan adik-adik yang kebingungan. Saya harus bekerja kini, bekerja apa saja, agar bisa membawa Ibu berobat dan adik-adik tetap sekolah. Tak ada harapan yang lebih saya harapkan kecuali melihat Ibu sembuh dan adik-adik tetap sekolah. Kedua adik saya sangat cerdas dan cantik, saya tak ingin mereka kehilangan kesempatan untuk sekolah. Saya harus jadikan mereka perempuan yang mandiri, tidak terjebak menjadi pekerja-pekerja murah di negeri orang. Yang membuat saya semakin bulat meninggalkan bangku kuliah, ketika kedua adik saya mengemukakan niatnya untuk menjadi tenaga kerja di Malaysia dan Arab Saudi. Saya sungguh khawatir, saya takut mereka dipekerjakan sebagai pekerja sex dan jika memang itu mereka alami, tak akan ada yang melindungi mereka. Beban saya begitu berat Pak, bahkan saya nyaris putus asa.Saya minta maaf pada Bapak, karena tidak bisa menjadi orang seperti yang bapak harapkan, tapi saya berjanji akan menjadi anak yang berbakti dan kakak yang baik, yang selalu melindungi dan menjadi tempat bersandar bagi keluarga Saya harus mengumpulkan uang sebanyak mungkin, agar bisa membawa Ibu berobat. Doakan saya Pak, semoga diberi jalan dan rezeki.
Doakan Ibu saya Pak, semoga diberi umur panjang, karena untuk beliau saya hidup. Saya mencintainya melebihi diri saya sendiri.Saya berjanji pada Bapak untuk tetap lurus, saya akan selalu mengenang Bapak sebagai seorang guru dan sahabat yang baik.
Terima kasih atas dorongan, nasihat, semangat dan bantuan materi yang selama ini Bapak berikan pada saya. Saya pamit Pak, saya berjanji akan terus berjuang dan berusaha untuk lanjutkan kuliah lagi jika ada kesempatan. Pagi tadi saya pamit sama teman-teman, sedih memang berpisah dengan mereka, tapi ini adalah keputusan yang harus saya ambil.
Terima kasih, atas kelapangan yang Bapak berikan selama kuliah, yang memberikan keringan untuk tidak hadiri kuliah, yang selalu membantu saya disaat saya butuhkan. Maafkan saya jika ada yang kurang berkenan selama iniSemoga Allah senantiasa melimpahkan Rahmat, Karunia dan Kasih sayangNya bagin kita semua.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Hormat dan salam,
Yupiter